Luthfi Ariyadi
D1814062
19 Desember 2016
UPAYA YANG DILAKUKAN OLEH PERPUSTAKAAN UNTUK MELESTARIKAN NASKAH KUNO
Oleh
Program DIII Ilmu Perpustakaan
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas M aret Surakarta
2016
Pendahuluan
Perpustakaan sebagai pusat sumber informasi sehingga perpustakaan merupakan salah satu sarana terpenting dalam program pendidikan, pengajaran dan penelitian untuk setiap lembaga pendidikan dan ilmu pengetahuan. Perpustakaan juga harus mampu berkembang menyediakan informasi sesuai dengan teknologi informasi yang sedang berkembang pada saat ini guna memenuhi kebutuhan masyarakat luas baik dari kalangan pelajar, mahasiswa, tenaga pengajar maupun masyarakat umum.
perpustakaan dahulu hanya memiliki koleksi bahan pustaka berupa buku tercetak saja, tapi dengan seiring kemajuan tekhnologi informasi pada saat ini, jenis koleksi perpustakaan berkembang ke dalam bentuk-bentuk media non cetak seperti microfilm, mikrofis, audio tape, piringan hitam, pita magnetik, slide, kaset, CD/DVD, dsb. Semua bahan pustaka tersebut dikumpulkan, diolah, disimpan, dan disebar luaskan oleh perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan informasi masyarakat luas.
Pada jaman modern saat ini perpustakaan dituntut menyajikan koleksi bahan pustaka secara cepat dan tepat untuk memenuhi kebutuhan informasi para pemustaka, akan tetapi perpustakaan juga harus dituntut untuk manyajikan koleksi bahan pustaka yang memadai dimana bahan pustaka tersebut harus terjaga dan terpelihara dengan baik, agar para pemustaka dapat mencari informasi secara mudah dan nyaman.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi para pemustaka perpustakaan melakukan berbagai upaya untuk menyajikan informasi secara cepat tetapi justru koleksi bahan pustaka yang sudah ada tidak dipelihara dengan baik sehingga koleksi bahan pustaka menjadi rusak dan tidak dapat digunakan lagi. Untuk mengatasi masalah tersebut perpustakaan seharusnya juga berupaya untuk melakukan kegiatan preservasi dan Konservasi. Menurut Lasa kata preservasi yang bisa diterjemahkan dengan kata pelestarian berasal dari bahasa Inggris yaitu preservation. Pelestarian (preservation) juga berarti sistem pengolahan dan pelindungan pada bahan pustaka, dan atau tugas maupun pekerjaan untuk memperbaiki, memugar, melindungi, merawat bahan pustaka, dokumentasi, arsip maupun bahan informasii serta bangunan perpustakaan.
Menurut Martoatmodjo tujuan pelestarian (preservasi) adalah mengusahakan agar bahan pustaka tidak cepat mengalami kerusakan. Bahan pustaka yang mahal, diusahakan agar awet, bisa dipakai lebih lama dan bisa menjangkau lebih banyak pembaca perpustakaan. Koleksi yang dirawat dimaksud bisa menimbulkan daya tarik, sehingga orang yang tadinya enggan membaca atau enggan memakai buku perpustakaan menjadi rajin mempergunakan jasa perpustakaan. Begitu pula dengan koleksi bahan pustaka yang berupa naskah kuno.
Sedangkan menurut Lasa HS (2009, p.180) dalam Kamus Kepustakawanan Indonesia, Konservasi dapat diartikan: 1) kebijakan dan kegiatan yang mencangkup melindungi bahan pustaka dari kerusakan. kegiatan ini mencangkup metode dan teknik yang digunakan dan dilakukan oleh teknisi. Kegiatan konservasi yang biasanya dilakukan adalah desifikasi, inkapsulisasi, atau laminasi, membuat film mikro, penyimpanan dalam bentuk digital atau elektronik; 2) penggunaan prosedur kimia atau fisika dalam pemeliharaan dan penyimpanan pustaka untuk menjamin keawetan pustaka.
Menurut UU No. 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan menyebutkan bahwa naskah kuno adalah semua dokumen tertulis yang tidak dicetak atau tidak diperbanyak dengan cara lain, baik yang berada di dalam negri maupun di luar negri yang berumur sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, dan yang mempunyai nilai penting bagi kebudayaan nasional, sejarah, dan ilmu pengetahuan. Naskah kuno merupakan koleksi bahan pustaka langka yang memiliki sejarah dan informasi mengenai cerita, tata cara kehidupan, silsilah raja-raja, kebudayaan, agama, dsb.
Agar naskah kuno dapat dimanfaatkan pemustaka secara efektif, efisien dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang relaif lama maka perlu adanya preservasi koleksi bahan pustaka. Dengan melakukan kegiatan preservasi dapat mengantisipasi berbagai kerusakan.
Pembahasan
Naskah kuno yang didalamnya memiliki berbagai macam informasi yang penting mengenai sejarah dan kebudayaan Indonesia pada zaman dahulu, maka bahan pustaka terebut perlu dirawat dan dilestarikan untuk mewariskan ilmu pengetahuan yang terkandung di dalam koleksi tersebut untuk generasi yang akan datang.
Untuk melestarikan naskah kuno tersebut perpustakaan melakukan kegiatan penting yang dinamakan perservasi dan konservasi bahan pustaka. Sebelum melangkah ke bagian preservasi dan konservasi bahan pustaka alangkah sebaiknya kita mengetahui faktor apa saja yang dapat merusak koleksi naskah kuno tersebut:
1. Faktor Biotis (termasuk jamur dan serangga)
Bahan pustaka yang sudah menderita penyakit jamuran biasanya warna kertasnya berubah menjadi kuning, karena memang jamur bisa menyebabkan berubahnya warna kertas, di samping, itu jamur bisa menyebabkan kertas lengket satu dengan yang lain sehingga halaman bahan pustaka tersebut tidak bisa dibuka dan kalau hal ini dipaksa, halaman itu bisa robek. Jamur bisa tumbuh subur karena kelembaban udara yang tinggi Jamur akan berhenti berkembang biak kalau kelembaban udara tidak sesuai.
2. Faktor Fisika
Suhu udara yang tinggi dapat mempercepat proses perusakan kertas karena kertas menjadi kering dan pecahpecah dan rapuh. Kelembaban yang tinggi dapat menyuburkan tumbuhnya jamur dan sebaiknya kelembaban yang rendah dapat menyebabkan kertas menjadi kering dan cepat hancur. Selain itu sinar matahari yang langsung mengenai buku akan merusak buku. Debu juga bisa menjadi musuh buku karena selain mengganggu kesehatan, debu dapat menimbulkan noda-noda, mengaburkan tulisan dalam buku, menularkan jamur.
3. Faktor Kimia
Bahan pencemaran udara banyak bervariasi dan yang berbentuk gas pencemaran, partikel logam sampai unsur yang besar seperti misalnya debu dalam udara merupakan salah satu penyebab besar rusaknya kertas dan bahan organik lain yang bisa menimbulkan noda-noda permanen pada kertas tersebut. Pencemaran tadi bisa dikendalikan dengan cara menjaring udara.
4. Faktor Manusia
Bukan hanya serangga saja yang merupakan musuh besar buku, tetapi juga manusia. Hanya dengan cara memegang buku saja sudah bisa merusak buku. Tangan yang kotor atau berminyak bisa mengganggu kondisi buku karena tangan yang berminyak bisa mendatangkan kecoa atau serangga lain. Belum lagi ada tangan jahil yang sengaja merobek kertas dan sekedar mencorat-coret dengan tinter sambil memberi komentar yang tidak perlu. Sering kali kites lihat ada orang yang sengaja melipat bagian tertentu sebagai batas halaman yang akan difoto kopi, lebih-lebih pada buku banyak halamannya tebal, misalnya Ensiklopedi dan kamus. Kerusakan ini akan bertambah besar karena buku-buku tebal itu harus ditekan apabila difoto copy.
5. Faktor Bencana Alam
Kebakaran atau banjir misalnya merupakan bencana yang bisa tiba-tiba terjadi. Kewaspadaan dan kesiapan penting, sehingga bisa diambil tindakan yang cepat dan tepat untuk bisa mengurangi resiko kerusakan apabila benar-benar terjadi, misalnya menyiapkan alat pemadam kebakaran di setiap ruangan. Usaha pencegahan kerusakan buku memang harus dilakukan sedini mungkin. Hal ini memang jauh lebih baik dan mudah dibandingkan dengan melakukan perbaikan terhadap buku yang terlanjur rusak.
6. Faktor Usia
Bahan pustaka memiliki umur yang sudah tua menyebabkan buku rapuh karena berbagai ancaman. Bahan baku pembuatan masih mengunakan cara yang tradisional bahkan ada beberapa naskah kuno yang hanya menggunakan media daun lontar, daun nipah, kulit kayu, dan rotan yang memiliki usia minimal 50 tahun.
Setelah kita mengetahui faktor-faktor penyebab naskah kuno mengalami kerusakan maka berikut adalah beberapa cara untuk mengatasi kerusakan naskah kuno tersebut oleh berbagai hal seperti berikut ini:
1. Konservasi
Konservasi adalah seni untuk menjaga sesuatu agar tidak hilang, terbuang, dan rusak atau dihancurkan. Karena naskah kuno mengandung kadar asam yang disebabkan oleh tinta yang digunakan maka agar kondisinya tetap baik, keasaman yang terkandung di dalam naskah perlu dihilangkan. Tinta yang digunakan pada manuskrip terbuat dari karbon, biasanya jelaga, dicampur dengan gum arabic. Agar kondisinya tetap baik, keasaman yang terkandung dalam naskah tersebut harus dihilangkan. Setelah keasamannya hilang, manuskrip dibungkus dengan kertas khusus, lalu disimpan dalam kotak karton bebas asam dan pembuatan portaple. Ini merupakan cara melakukan konservasi terhadap manuskrip.
2. Restorasi
Restorasi adalah suatu kegiatan perbaikan koleksi langka yang sudah rusak agar dapat dipergunakan lagi dalam keadaan utuh dan lengkap. (Sutarno, 200, p.182). Restorasi juga dapat disebut reparasi yang artinya untuk memperbaiki bahan pustaka atau dokumen lain yang sudah lapuk. Cara untuk melakukan restorasi adalah menambal atau menutup bagian yang berlubang dapat dilakukan dengan kertas jepang setelah itu direkatkan dengan perekat alami, menyambung dilakukan untuk merekat bagian yang sobek atau lemah karena lipatan, biasannya diperkuat dengan potongan kertas dari jenis tertentu, agar bagian yang sobek tidak bertambah besar atau lebar dan yang terakhir yaitu penjilidan dengan menggabungkan beberapa lembaran kertas menjadi satu, serta dilapisi oleh cover.
Langkah-langkah melakukan restorasi naskah kuno antara lain:
1) Membersihkan dan melakukan fumigasi.
2) Melapisi dengan kertas khusus (doorslagh) pada lembaran naskah yang rentan.
3) Memperbaiki lembaran naskah yang rusak dengan bahan arsip.
4) Menempatkan di dalam tempat aman (almari).
5) Menempatkan pada ruangan ber-AC dengan suhu udara teratur.
3. Digitalisasi
Digitalsasi naskah perlu dilakukan agar isi kandungan dari naskah tersebut tetap tejaga jika sewaktu-waktu fisik naskah tersebut sudah tidak dapat dipertahankan lagi. Prosses digitalisasi naskah kuno menggunakan kamera jenis tertentu agar menghasilakan foto dengan tingkat pixel yang tingi, sehingga naskah dapat dibaca jika di-Zoom in tidak pecah gambar fotonya.
4. Katalogisasi
Biasanya merupakan pendeskripsian naskah dalam bentuk abstrak atau penjelasan singkat mengenai isi naskah tersebut. Hal ini bertujuan agar dapat mudah untuk dikaji oleh siapapun yang ingin mengkaji naskah kuno tersebut. Selain membuat abstrak juga dapat dibuat subyek atau disiplin ilmu yang dibahas di naskah tersebut.
Katalogisasi adalah proses pembuatan daftar pustaka (buku, majalah, CD, film mikro dan sebagainya) milik suatu perpustakaan. Daftar ini berfungsi untuk mencatat koleksi yang dimiliki, membantu proses temu kembali, dan mengembangkan standar-standar bibliografi internasional (Lasa Hs, 2007:129).
5. Riset
Riset berasa dari kata “research” yang merupakan sebuah studi ilmiah terhadap suatu subyek, khususnya dalam hal menemukan fakta-fakta baru atau informasi mengenai subyek tersebut. Biasanya seorang yang dapat memahami isi kandungan naskah kuno tersebut disebut filolog atau ahlih bahasa. Filolog atau ahli bahasa tersebut bertujuan untuk mengungkapkan hasil budaya, dan informasi masa lampau sebagaimana terungkap dalam teks aslinya.
Penutup
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Perpustakaan sebagai pusat sumber informasi yang menyediakan informasi sesuai dengan teknologi informasi yang sedang berkembang pada saat ini guna memenuhi kebutuhan masyarakat luas baik dari kalangan pelajar, mahasiswa, tenaga pengajar maupun masyarakat umum.
Salah satu koleksi bahan pustaka di perpustakaan adalah buku, buku sangat rentang mengalami kerusakan begitu pula dengan koleksi bahan pustaka yang berupa naskah kuno. Naskah kuno merupakan koleksi bahan pustaka langka yang memiliki sejarah dan informasi mengenai cerita, tata cara kehidupan, silsilah raja-raja, kebudayaan, agama, dsb. Faktor-faktor yang menyebabkan rusaknya naskah kuno adalah faktor biotis (termasuk jamur dan seranga), faktor fisika, faktor kimia, faktor manusia, faktor bencana alam dan faktor manusia.
Maka perpustakaan bertanggung jawab untuk melestarikan dan menjaga naskah kuno agar dapat digunakan dalam jangka waktu lama dengan cara preservasi dan konservasi.
Kegiatan untuk melestarikan dan menjaga naskah kuno yang dilakukan oleh perpustakaan adalah konservasi dilakukan dengan cara penghilangan asam pada naskah kuno dan melakukan portaple, restorasi merupakan kegiatan menutup bagian yang sobek dan berlubang oleh kertas jepang, digitalisasi, katalogisasi, dan riset.
Daftar Pustaka
http://menulis-bersama.blogspot.co.id/2015/12/pelestarian-naskah-kuno-di-perpustakaan.html. Diakses pada tanggal 18 Desember 2016.
Haryanto. 2015.Preservasi Koleksi Grey Litterature dalam Kesiagaan Mnghadapi Bencana di Perpustakaan. Jurnnal Librarian, 4 (1), 45-67.
Lasa HS. 2009. Kamus Kepustakawanan Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.
http://perpusdajawatengah.id/dasar-hukum/uu-43. Diakses pada tanggal 18 Desember 2016
http://pp.ktp.fip.unp.ac.id/?p=41. Diakses pada tanggal 18 Desember 2016.
https://www.academia.edu/7664480/Konservasi_Naskah. Diakses pada tanggal 18 Desember 2016.
Lasa Hs. 2007. Manajemen Perpustakaan Sekolah. Yogyakarta: Pinus Book Publisher. Diakses pada tanggal 18 Desember 2016.
Lihat Profil Penulis>>