Faradhila
Aliva
D1814042
23 Desember 2016
PENERAPAN
DAN UPAYA KONSERVASI DAN PRESERVASI DI MUSEUM SAMANHOEDI SURAKARTA
Oleh
:
Program
DIII Ilmu Perpustakaan
Fakultas
Ilmu Sosial dan Politik
Universitas
Sebelas Maret Surakarta
2016
Pendahuluan
Museum adalah sebuah tempat
penyimpanan benda-benda kuno yang memiliki nilai sejarah. Salah satu museum
yang ada di solo adalah Museum Samanhoedi. Museum yang bertempat di daerah
Kampoeng Batik Laweyan ini merupakan museum yang didirikan oleh Nina Akbar
Tanjung.
Pada awalnya Nina sangat menyukai
sejarah hingga akhirnya mendirikan museum ini. Sumber inspirasi dari Nina Akbar
Tanjung adalah sebuah buku yang berjudul “Zaman Bergerak Radikalisme Rakyat
Jawa 1912-1926”. Atas inspirasi itu,, Nina merasa tergugah pikirannya untuk
mewujudkan museum tersebut dan pendirian museum ini juga memiliki tujuan agar
Laweyan yang besar tidak hanya sekedar cerita belaka saja.
Kampung Laweyan ini penuh dengan
sejarah politik dan rentetan peristiwa nasional. Semua sangat menarik karena
dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran untuk bersikap arif dalam memandang
sebuah kenyataan tempo dulu, bijak dalam memahami kekinian dan menapak masa
depan dengan tidak selalu mengulang sejarah “kegelapan”. Karena sejarah tidak mengajarkan
dendam tetapi justru sebaliknya.
Tujuan dari dibukanya museum
Samanhoedi ini supaya masyarakat mampu mempelajari perjuangan Samanhoedi dalam
merebut kemerdekaan. Karena beliau selain berjuang sekaligus melakukan
pemberdayaan perekonomian masyarakat.
Pembahasan
Museum ini sangatlah sederhana, dibuat supaya
masyarakat dapat mengenal memahami, menarik pembelajaran dari tokoh Samanhoedi
dan tokoh-tokoh lainnya sebagai pemula pergerakan Nasional pada saat itu.
Diharapkan supaya gagasan ini dapat memotivasi pengunjunh untuk mencintai
sejarah. Bangunan yang dipakai untuk Museum Samanhoedi yang berada di Kampoeng
Batik Laweyan ini adalah bekas gudang batik yang terletak di Jalan Tiga Negeri
Laweyan.
Museum Haji Samanhoedi ini menampung sejumlah dokumen
yang menceritakan kehidupan K.H Samanhoedi terutama kisah dan perjuangannya
hingga masa tua. Di Museum ini dipajang gambar, foto dan dokumen tentang
revolusi batik, politik, pendirian Sarikat Islam, peran pemerintah colonial
terhadap Sarikat Islam, Samanhoedi dan Serikat Islam, serta Samanhoedi pada
masa tua. Ada pula foto K.H Samanhoedi pada puncak kejayaannya sebagais
saudagar batik.
Akan tetapi pada tahun 2011. Museum Samanhoedi ini
dipindahkan dari Kampung Batik Laweyan ke daerah Sondakan. Alasan lokasi
dipindahkan karena bangunan museum di Laweyan hanya mengontrak. Sedangkan bekas
pabrik batik tersebut tidak bisa di perpanjang. Untuk saat ini museum menempati
salah satu ruangan di kantor Kelurahan Sondakan.
Koleksi yang ada di museum tersebut hanya ada
dokumentasi dan masih terus menambahkan koleksi dalam rentan waktu 2 tahun
kedepan. Hal ini dikarenakan benda-benda koleksi dari Samanhoedi yang diduga
berada di tangan para ahli waris itu ternyata tersebar di seluruh penjuru
Nusantara bahkan didalam museum ini juga terdapat foto-foto KH Samanhoedi sejak
masih kanak-kanak hingga tua yang didapat dari pemburuan koleksi di Belanda.
Museum ini juga memamerkan hasil repro kliping dari
media terbitan Samanhoedi bersama sahabat karibnya, Tirtoadi Suryo. Dan di
sajikan foto serta kisah pendek mengenai Tirtoadi Suryo, salah seorang pers di
Indonesia. Pengurus museum ini juga telah membuat buku panduan tentang KH
Samanhoedi walaupun museum ini belom merepresentasikan KH Samanhoedi secara
mendalam.
Upaya
yang dilakukan :
Pengurus museum ini juga menghubungi sejumlah keluarga
untuk menyumbangkan barang-barang peninggalan KH Samanhoedi ke museumnya. Pihak
museum ini juga dalam proses membuat replica semua benda yang dulu pernah
digunakan KH Samanhoedi.
Didalam museum ini memuat identitas, artefak, bangunan
dan seputar Sarekat Dagang Islam. Dengan harapan, wisata batik di Kampoeng
Batik Laweyan ini juga ada wisata edukasi. Akan tetapi, proses penambahan
koleksi di museum Samanhoedi ini baru berjalan sekitar 30%. Karena adanya
kendala dana yang dibutuhkan untuk mengembangkan museum tersebut. Kendala kedua
yaitu sulitnya menemukan benda peninggalan Samanhoedi lantaran pengusaha batik
itu meninggal dunia di tengah kebangkrutan, sehingga tidak memilik harta benda.
Museum ini dapat di akses oleh masyarakat secara
gratis. Pengunjung museum ini di dominasi oleh siswa sekolah dasar yang berada
di sekitar Laweyan. Namun pada saat ini, lokasi museum Samanhoedi sudah
dipindahkan ke Kampung Sondakan, tempat lahir pendiri Syarekat Islam.
Daftar
Pustaka
Kompas.com
: Museum Samanhudi Di bangun di laweyan Solo
Penulis
: Wawan Surajah : Museum Samanhudi, Museum Mini Perintis Organisasi Sarekat
Dagang Islam
Ningsih.
Revitalisasi Kampung Batik Laweyan
Sebagai Kampung Wisata Batik Di Surakarta. Surakarta: UNS 2004