Sandya Nelly Utami
D1814090
19 Desember 2016
MUSEUM KONFERENSI ASIA AFRIKA
Oleh :
Program DIII Ilmu Perpustakaan
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
2016
PENDAHULUAN
Museum Konferensi Asia Afrika Bandung adalah saksi sejarah bahwa di Bandung tepat pada tanggal 18 – 24 april 1955 pernah diselenggarakan sebuah hajatan akbar bertaraf Internasional yang mempertemukan seluruh pemimpin negara-negara dari kawasan Benua Asia Afrika di Bandung. Pembangunan Museum Konferensi Asia Afrika yang pengerjaan proyeknya dilakukan oleh PT.Decenta Bandung,pertama kali diresmikan berdirinya dilakukan oleh almarhum Presiden Soeharto pada tanggal 24 April 1980 sekaligus waktu itu adalah sebagai puncak peringatan ke-25 tahun Konferensi Asia Afrika di Kota Bandung sekaligus menjadikan lokasi ini sebagai Tempat Wisata Di Bandung.
Museum Konferensi Asia Afrika ini menjadi sangat terkenal sejak diadakannya Konferensi Asia Afrika tahun 1955, kemudian Konferensi Mahasiswa Asia Afrika tahun 1956 dan Konferensi Islam Asia Afrika yang menyimpan naskah-naskah dan peninggalan-peninggalan Asia Afrika yang terkenal. Museum Konferensi Asia Afrika memiliki ruang pameran tetap yang memamerkan sejumlah koleksi berupa benda-benda tiga dimensi dan foto-foto documenter peristiwa Pertemuan Tugu, Konferensi Kolombo, Konferensi Bogor, dan Konferensi Asia Afrika tahun 1955. Dalam rangka menyambut kunjungan Delegasi Konferensi Tingkat Tinggi X Gerakan Nonblok tahun 1992 dimana Indonesia terpilih sebagai tempat konferensi tersebut dan menjadi ketua Gerakan Nonblok, dibuatlah diorama yang menggambarkan situasi pembukaan konferensi Asia Afrika, pada 1985 dibuatlah perpustakaan. Perpustakaan ini memiliki sejumlah buku mengenai sejarah, sosial, politik, dan budaya negara-negara Asia Afrika dan konferensi-konferensi lanjutannya; serta majalah dan surat kabar yang bersumber dari sumbangan atau hibah dan pembelian dan ‘Braille Corner’ untuk para tunanetra.
PEMBAHASAN
Museum KAA Bandung diusulkannya arsip Konferensi Asia Afrika sebagai “Memory of the World” oleh Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) telah mendorong Museum KAA untuk meningkatkan kompetensi di bidang konservasi dokumentasi berbahan kertas. Untuk itu, Museum KAA bekerja sama dengan Museum Nasional menggelar Workshop Sehari: Konservasi Dokumen Berbahan Kertas, Jumat, 28/11/2014 di Museum KAA Gedung Merdeka, Jalan Asia Afrika. Menurut Kepala Museum KAA, Thomas A. Siregar, Kompetensi konservasi dokumen berbahan kertas adalah salah satu keahlian standar yang wajib dimiliki pengelola sebuah museum, termasuk Museum KAA, karena sebagian besar koleksi Museum KAA terdiri atas arsip berbahan kertas.
Hadir dalam workshop kali ini konservator asal Museum Nasional, Ita Yunita, M.Hum. Workshop dibagi atas dua sesi utama yakni, Sesi Konsep Konservasi dan Praktik Konservasi. Aktifitas konservasi terdiri atas tiga hal, yakni observasi, konservasi, dan preservasi. Tiga hal itu banyak luput dari perhatian. Akibatnya resiko preservasi makin besar. Padahal, observasi yang rutin dilakukan akan memperkecil resiko kerusakan aset dan koleksi.
Museum KAA memiliki tantangan yang tidak ringan dalam konservasi dokumen berbahan kertas. Pasalnya, Museum KAA yang berada di Kota Bandung memiliki kelembaban yang cukup tinggi dibandingkan dengan museum-museum lain di Jakarta. Penyebabnya adalah Kota Bandung berada pada ketinggian sekira 768 dpl. Solusinya adalah merekayasa suhu ruangan dengan cara aklimatisasi ruang dan gedung. Selain itu, observasi secara berkala perlu dijadwalkan. Dengan begitu, keadaan koleksi dapat terus menerus dipantau perkembangannya. Penekanan observasi selain sebagai tindakan preventif adalah untuk menghindari penggunaan bahan kimia nantinya. Kimia adalah pilihan terakhir yang sebaiknya Museum KAA tidak lakukan. Arsip KAA hanya satu dan sekali. Di penghujung workshop, setiap peserta diberi kesempatan untuk melakukan praktik konservasi dokumentasi berbahan kertas. Dalam sesi ini, teknik pencegahan deteriosasi menjadi fokus perhatian peserta.
KESIMPULAN
Sebagai roh museum, kekayaan koleksi yang ada harus bertimbang dengan kemajuan metode konservasi dan perlindungannya. Selain itu juga diharapkan mamu untuk melestarikan nilai budaya dan arkeologis dari objek koleksi tersebut agar nantinya dapat dinikmati oleh geenerasi yang akan datang. Penanganan objek koleksi memerlukan sumber daya konservator yang terampil, terlatih dan metode konservasi yang sesuai dengan karakteristik objek koleksi yang ada di museum. Dengan demikian perlu dilakukan penelitian secara kontinyu agar diperoleh metode-metode konservasi yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan konservasi yang ada di museum.
DAFTAR PUSTAKA
1. Museum KAA. 17 Desember 2015 Museum Konferensi Asia Afrika, melalui http://www.museumindonesia.com/museum/25/1/Museum_Sejarah_Nasional_Jakarta
2015/12/17 Sejarah Konferensi Asia Afrika Bandung, pada tanggal 17 Desember 2016.
2. Zaimul Azzah (2014) catatan kecil Konservasi Kuratif Koleksi Berbahan Logam Besi: Museum Benteng Vrederburg Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Yogyakarta
3.
Admin. 02 April 2014 Museum Konferensi Asia Afrika, melalui asianafrican.museum@kemlu.go.id/2015/04/04 Memory of the World”, Museum KAA Gelar Workshop Konservasi Dokumen Berbahan Kertas, pada tanggal 19 Desember 2016.
Lihat Profil Penulis>>