Prevention of Deterioration
Oleh: Arienda Addis Prasetyo
Mahasiswa Program Studi D3 Ilmu
Perpustakaan
Universitas Sebelas Maret
Pelestarian (preservasi) mencangkup semua aspek usaha
melestarikan bahan pustaka dan arsip, termasuk di dalamnya kebijakan pengolahan,
metode dan teknik, sumber daya manusia, dan penyimpanannya.
Kata pelestarian, menurut kalangan
perpustakaan, arsip, dan museum adalah terjemahan dari preservation atau preservasi dan conservation (AIC), pengertian preservasi lebih luas dibandingkan
dengan pengertian konservasi. Preservasi adalah aktivitas memperkeil kerusakan
secara fisik dan kimiawi dan mencegah hilangnya kandungan informasi.
Lantas muncul adanya kebijakan
pelestarian bahan pustaka, yang ditujukan untuk menentukan tujuan perpustakaan
dalam strategi pengelolaan pelestarian yang meliputi pemeliharaan, perawatan,
pengawetan, perbaikan, dan reprografi. Kebijkan itu menyangkut semua aspek
pelaksanaan pelestarian yang meliputi periode tertentu, umpamanya sepuluh tahun
atau lebih. Proses penyusunan kebijakan pelestarian dimulai dari penelusaran,
survei kondisi, dan survei fasilitas perpustakaan.
Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND)
yang melaksanakan tugas pemerintah dalam bidang perpustakaan. Yang bisa
dikatakan perpustakaan induk Indonesia ini, memiliki
devisi Pusat Preservasi yang dimana merupakan bagian dari Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia (Perpusnas RI ) . Yang bekerja menangani pelestarian hasil
budaya bangsa, baik koleksi perpustakaan nasional atau naskah kuno nusantara.
Untuk menjalankan tanggungjawab tersebut pusat preservasi bahan pustaka telah
menetapkan visi sebagai pusat informasi pelestarian bahan pustaka dan naskah
kuno nusantara. Dipusat Preservasi Perpusnas RI ini, dibagi menjadi Bidang
Konservasi yang menangani masalah perawatan dan pemeliharaan dan teknis penjilidan,
lalu Bidang Reprografi yang menangani masalah pembuatan mikro film dan
reproduksi foto. Serta dilengkapi dengan Bidang Penanganan Transformasi.
Seperti yang disampaikan Ibu Sri Sumekar
sebagai Kepala Pusat Preservasi Bahan Pustaka yang dikutip pada video yang
diungghannya, kegiatan pelestarian pusat preservasi bahan pustaka di Perpusnas
RI meliputi proses leaf castingnd
koleksi surat kabar langka, proses laminasi pada koleksi buku langka, proses
enkapulasi pada koleksi peta langka, proses manding manual pada koleksi naskah
kuno, proses penjilidan naskah kuno, proses pembuatan portapel koleksi koran
kuno langka, proses penjilidan koran dan tabloid, proses pemasangan cover pada
koleksi buku. Di Bidang Transformasi Digital meliputi,proses editing dalam
pembuatan e-book, proses pengemasan e-book ke dalam kepingan CD dan DVD, proses
pembuatan audio box. Dalam Bidang Reproduksi Foto Dan Reprografi meliputi
proses pemotretan gambar/foto, pemrosesan negatif film, proses pencucuian
gambar pada negatif film yang terakhir pemiliharaan dan penyimpanan film pada
album sebelum dilayankan. Untuk Bidang Mikrofilm meliputi proses peliputan data
bibliografis bahan pustaka, proses pemotretan surat kabar langka kedalam bentuk
mikrofilm.
Selain melestarikan koleksi Perpustakaan
Nasional RI, pusat preservasi bahan pustaka juga melaksanakan pelestarian
naskah nusantara.Seperti pada tahun 2009 di Padang, tahun 2010 pelestarian
naskah kuno di Musem Radya Pustaka Solo, tahun 2010 di Yogyakarta, tahun 2013 di
Medan, tahun 2015 di Jambi, tahun 2015 di Masjid Kauman Surakarta pada tangga
24-28 Agustus, tahun 2016 di Padang lagi, terakhir di Museum Sang Nila Utama
Pekanbaru pada tahun 2016.
Preservasi Tidak Hanya Berlaku Pada
Lingkup Perpustakaan
Preservasi Perpusnas RI sebagai
struktur yang membidangi pelestarian bahan pustaka sudah dinilai sengat lengkap
dalam melakukan penyelamatan bahan pustaka. Namun preservasi tidak hanya
dilakukan oleh perpustakaan saja, diluar masih ada orang-orang yang peduli akan
penyelamatan bahan pustaka yang langka. Seperti yang dilakukan oleh Mas Bembi
Ananto sebagai orang yang bekerja di Lokananta Surakarta sebagai Staf
Remastering Lokananta. Mas Bembi disini bekerja me-remastering musik pada
piringan hitam ataupun arsip-arsip media konvensional terdahulu menjadi digital
sekarang. Yang dimaksudkan agar tidak terjadi punahnya musik dan arsip dari indonesia
masa terdahulu, sehingga arsipnya bisa di selamatkan. Disamping itu juga
mempermudah pengenalan dengan anak-anak jaman sekarang.Remastering merupakan
cara Lokananta mengalih mediakan master-master dari RRI (dijamannya) yang
beragam seperti arsip-arsip sejarah, dll . Karena terlalu banyak sehingga
dipermudah dengan alih media digital.
Untuk bidang perfllman, juga adanya preservasi.
Seperti yang dilakukan oleh mas Edwin. Alasan mas edwin sebagai preservasi film
yakni Produksi Film Negara (PFN).
Berkantor di Jalan Otto Iskandar Dinata, Jakarta Timur, PFN yang telah ada
sejak zaman Belanda atau berdiri tahun 1935 yang tidak sempat dirawat
hampir 12 tahun disimpan dengan kondisi kurang baik, tidak ada listrik tidak
dijaga kelembabannya. Dalam film dokumenternya yang berjudul Reviving The Dead,
Mas Edwin bekerja menyelamatkan rol-rolan film yang masih bisa diselamatkan,
disamping itu mas Edwin sendiri sebagai film maker berkesempatan membangun film
sebagai media, karena menggunakan kembali alat-alat yang ada di PFN (Produksi
Film Negara) ini dengan melakukan sedikit pembaharuan reparasi disana-sini
sehingga menggunakan lagi media yang tidak dipakai. Mas Edwin mengharapkan yang
ada di PFN bisa memberitahu macam-macam pihak yang peduli dengan film indonesia
untuk bisa merawat sejarah film-film agar terakses kembali oleh masyarakat.
Beda lagi dengan mas Faiz Ahsoul yang
akrab dengan panggilan mas Faiz, ia peduli pada pengarsipan koran dan majalah.
Seperti koran sejak tahun 1988 hingga sekarang mas faiz masih mengarsipkan
walapun tidak setiap hari up-date, namun tiap tahunnya ada. Tujuan di
arsipkannya koran maupun majalah sejak tahun terbitan 1988 ini untuk
menyediakan bahan riset, sehingga yang diutamakan adalah koran dan majalah kuno
ataupun yang memiliki nilai sejarah, ungkap mas Faiz sebagai Koordinator
Pengelola Program IBOEKOE di bawah Yayasan Indonesia Buku yang berlokasi di
Sewon, Bantul, Yogyakarta.
Sayangnya dari ribuan koran seperti Tempo,
Media Indonesia, Kompas dan Suara Pembaharuan dan lain sebagainya jika di
hitung berjumlah ratusan bahkan ribuan koran ini belum ada perawatan khusus.
Seperti fungigasi ataupun pengaturan suhu ruangan, sehingga berdampak koran
tersebut berubah warna menjadi kuning. Untuk menyisiasati hal tersebut, mas Faiz
beserta teman-temannya mengalih mediakan menjadi koleksi digital dengan cara
menscan dengan alat khusus sehingga tidak terlalu banyak biaya untuk
perawatannya.
Darmono mengungkapkan pada buku
Manajemen Tata Kerja Perpustakaan Sekolah tahun terbit 2001 dihalaman 60,”
Koleksi adalah sekumpulan rekaman informasi dalam berbagai bentuk tercetak
(buku,majalah,surat kabar) dan bentuk tidak tercetak (bentuk mikro, bahan audio
visual, peta)”. Sehingga seperti diungkapkan Darmono pada bukunya baik buku,
peta audio visual atau non visual dan koran, sama pentingnya untuk dilakukannya
preservasi. Tujuan utama preservasi adalah memperpanjang eksistensi benda
budaya. Dureau dan Clements menyebutkan, preservasi mencangkup unsur
pengelolaan keuangan, cara penyimpanan, tenaga, teknik dan metode untuk melestarikan bentuk fisik dan kandungan
informasi bahan pustaka. Pada intinya pelestarian itu dilakukan tidak hanya
mengenai buku, ternyata banyak yang perlu di lestarikan bahan pustaka tersebut.
Seperti yang dilakukan Pusat Preservasi Perpusnas RI, Mas Bembi, Mas Edwin, dan
Mas Faiz. Mereka semua melakukannya
tidak semudah membalikan tangan, hal demikian adalah pekerjaan yang membutuhkan
waktu yang lama serta dedikasi yang tinggi demi lestarinya bahan pustaka
tersebut sehingga tidak musnah termakan usia. Karena semua bahan pustaka,
memiliki nilai sejarah. Pasti disuatu saat nanti digunakan sebagai media untuk
dipelajari kembali.
Untuk kali ini akan penulis tutup
dengan Quote:
If the lack of preventive measures and the preservation of cultural objects,
want to see what our grandchildren later.??
- Ibu Dra. Sri Sumekar, M.
Si, Kepala Pusat Preservasi Bahan Pustaka Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia.
- Mas Bembi Ananto, Staf Remastering di
Lokananta Surakarta.
- Mas Edwin, Film
Maker/Preservasi Film di Produksi Film Negara (PFN).
- Mas Faizz Ahsoul, Koordinator Pengelola Program IBOEKOE
di bawah Yayasan Indonesia Buku.
Darmono.
2001. Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan
Sekolah. Jakarta: Gramedia
Hartono.
2016. Manajemen Perpustakaan Sekolah
Menuju Perpustakaan Modern dan Profesional. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Undang-Undang
Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan . Jakarta : Perpustakaan Nasional RI
Welianto,
Ari. 2015 . “Tim
Perpustakaan Nasional Tangani Kerusakan Buku Kuno Koleksi Masjid Agung
Surakarta”.JOGLOSEMAR, Senin
24 Agustus 2015